selamat membuka lembaran cerita baru di 2012...menutup lembar-lembar kenangan 2011 dan mari belajar...!!
Mungkin lagu di atas tidak terlalu berkorelasi dengan apa yang ingin saya bagikan..mungkin juga judul postingan kali ini. Saya suka lagu itu karena beberapa tahun lalu saya sering menyanyikannya bersama PSM Farmasi UGM sebagai lagu persembahan dalam sumpah Apoteker UGM. Waktu itu saya membayangkan kalau nanti saya disumpah sebagai apoteker saya juga ingin rikues lagu ini. Namun, kenyataan berkata lain, sampai sekarang saya belum bersumpah atas profesi saya sebagai APOTEKER.
Sedikit curcol boleh kan ya??
Yap...Januari 2011 benar-benar "setahun kemarin", sesi kehidupan yang sangat mendebarkan dan penuh gejolak. Sesi yang sangat menentukan kemana kaki saya akan melangkah selanjutnya. Pada bulan ini adalah bulan penutupan aplikasi beasiswa bergengsi Huygens Scholarship dari Nuffic dan pada bulan ini saya belum mendapatkan surat penerimaan apapun dari universitas di Belanda.
Kembali ke 2010 saat saya ingin menentukan kemana melanjutkan studi, pada akhirnya saya memutuskan 2 universitas ternama (menurut saya) yang akan saya coba untuk mendaftar. Wageningen University (WU) dan Radboud University Nijmegen. Di Wageningen University saya memilih program Biotechnology karena dari gambaran programnya ada yang mengarah ke Immunology dan di RUN saya memilih Medical Biology karena sejalan dengan background saya dan nantinya ada Departemen Tumor Immunology sebagai tempat internship saya. Maka, pada pertengahan Oktober 2010 saya kirimkan aplikasi digital saya ke WU dan saya pun menunggu. Aplikasi ke RUN harus dikirimkan dalam bentuk hard copy maka saya gunakan jasa pengiriman luar negeri. Yang membuat saya masih terkenang saat pengiriman aplikasi itu adalah hari itu satu hari sebelum tragedi 5 November 2010 ketika Gunung Merapi menumpahkan awan panas dan debu vulkanik. 4 November 2010 saya kirimkan harapan saya ke RUN. Setelah melalui test TOEFL yang cukup menantang buat saya karena harus dilakukan di Jakarta dan saya pun melangkah sendiri ke kota metropolitan itu, hasil nilai TOEFL yang mencukupi untuk mendaftar universitas, dan inilah langkah berikutnya yang harus saya lalui. Saat berkas saya sampai di Nijmegen pun saya mendapat pemberitahuan beberapa hari kemudian. Sesampainya berkas tersebut maka Examination Board dari fakultas akan merapatkan apakah saya layak untuk melanjutkan di program tersebut atau tidak. Study advisor yang saya hubungi beberapa bulan terakhirpun mengatakan bahwa proses ini akan memakan waktu cukup lama. Pada titik ini saya hanya bisa berdoa dan menunggu dengan penuh kesabaran atas semua yang sudah saya usahakan. Saya sangat berharap surat penerimaan dan reomendasi untuk mendaftar beasiswa segera datang.
Desember pun berlalu, namun surat sakti itu belum juga tiba. Saya pun mulai resah karena aplikasi beasiswa sudah dibuka. Di bulan Januari saya harus menyelesaikan ujian tertulis untuk studi program Apoteker saya. Jujur saja, saya sebenarnya tidak ingin melanjutkan apoteker karena mengevaluasi kondisi ekonomi yang kurang mendukung, namun karena dorongan orang tua dan demi membahagiakan mereka, saya pun setuju bersamaan dengan menunggu kesempatan melanjutkan S2.
Kronologis kejadian ini masih teringat jelas dalam benak saya. Dua minggu terakhir di bulan Januari 2011. Dua peristiwa besar terjadi bersamaan. Saya mendapat pengumuman untuk kerja praktek apoteker saya di Purwokerto, Jawa Tengah dan surat sakti saya belum juga keluar. Rasanya sudah bercampur tidak karuan. di satu sisi saya cukup senang bisa kerja praktek di luar Jogja karena ini akan mengasah kemandirian saya. Namun di sisi lain surat sakti yang belum tiba membuat saya berpikir beribu kali. Apa yang akan saya lakukan jika surat sakti itu tidak daang dan saya tidak bisa mendaftar beasiswa?? pertanyaan yang benar-benar menghantui saya! Saya benar-benar tidak mempersiapkan plan B untuk hal yang satu ini, karena keinginan saya yang sangat kuat untukmelanjutkan studi S2 di luar negeri. Saya benar-benar pasrah dan hampir putus asa mungkin.
Sampai dengan 23 Januari 2011 surat ini belum datang juga, padahal aplikasi beasiswa akan ditutup 1 Februari 2011. Bagaimana saya tidak cemas, aplikasi beasiswa harus dikirmkan dalam HARD COPY dan itu memakan waktu kurang lebih tiga hari kerja. Pengiriman Indonesia-Belanda paling cepat tidak bisa kurang dari rentang tersebut. Dalam kecemasan saya, 26 Januari 2011 saya mendapatkan email yang menyatakan bahwa saya DITERIMA di RUN pada program Master Medical Biology. Selanjutnya adalah saya harus mengirimkan aplikasi saya, namun yang terjadi adalah surat rekomendasi dari universitas belum saya dapatkan, saya pun harus menunggu. Dan tepat 27 Januari 2011, pada puncak kepanikan saya dan saya hanya bisa menangis karena saya tidak tahu lagi harus berbuat apa, ini langkah terakhir yag bisa saya usahakan untuk menggapai EROPA, sekitar jam 3 sore WIB, email itupun datang juga. Namun saya tidak bisa mengirim berkas saya hari itu karena jasa pengiriman sudah tutup. Mau tidak mau saya harus menunggu sampai hari berikutnya. Ya Allah jika EROPA memang untuk saya apapun yang terjadi ini bukan halangan, itu keyakinan saya. Maka, saya bereskan saja semua berkas yang harus dikirmkan dan 28 Januari 2011, dengan penuh harapan saya kirimkan berkas beasiswa saya. Sesi selanjutnya adalah menunggu hasil kerja keras yang saya bangun sekian lama untuk meraih EROPA...!!!
Menengok lagi aplikasi yang saya kirimkan ke WU, ternyata saya ditolak, saya harus mengikuti tes TOEFL iBT dan TOEFL yang saya miliki saat itu tidak berlaku lagi. Tampaknya memang WU bukan jalan saya meski saya ingin sekali belajar Biotechnology. Pada akhirnya saya sangat bersyukur NIJMEGEN telah menjadi rumah kedua bagi saya...^^
Halo mbak Inna... saya adek kelasmu di Farmasi angkatan 2008, rasanya perjuangannya berat ya mbak pada awalnya, namun sangat indah saat semuanya seperti harapan.
ReplyDeleteSeperti saya juga di tahun ini apply beasiswa exchange ke Amerika 2x namun semuanya ditolak setelah tahap wawancara..
oiya mbak, saya mau nanya, cara teknisnya untuk bisa apply beasiswa ke sebuah universitas di Eropa bagaimana? serta syaratnya misalnya yang terberat itu apa kira-kira mbak, misalnya harus mengirim proposal penelitian juga? mbak Inna juga melalui tahap wawancara ya? mengenai syarat IP apa harus cumlaude?
Jujur sekali saya juga mempunyai impian sebesar mbak Inna dan sangat ingin mewujudkannya.
Hai Nihaya...^^ whaaa..senangnya punya adek kelas yang semangat.semangat..:)
Deletememang semuanya butuh pengorbanan dulu dari segala sisi dan juga kesabaran.
wah..exchange ya?? darimana? seru tuh...:) Q juga pengin exchange deh..
hmmm.. teknis apply univ ya.. kamu buka web univnya deh..nanti disitu ada step-step yang harus dilalui. Setiap univ beda-beda. Q ndak bisa mengeneralisir. coba di cek satu per satu. dan mungkin bisa tanya langsung ke fakultas yang bersangkutan maupun pengelola programnya (bagian akademik) biasanya ada kontaknya kq.
syarat terberat?? apa ya?? manurutq standar aja si..tapi kalo kita belum coba akan terasa sangat berat dan Q juga ndak bisa bilng harus cumlaude, karena itu bukan parameter yang mutlak.
kalo proposal penelitian juga beda-beda lihat di persyartannya aja. tapi biasanya untuk science jarang pake proposal.
Alhamdulillah q ndak pake wawancara. semua berdasarkan berkas yang Q kirimkan.
Semoga bermanfaat..:) tetap semangat meraih mimpi..^^
semangat selalu mbak... waaahh, kalo ada yang ga pake wawancara saya juga mauuu :)) soalnya pada tahap itu selalu aja gugur gatau kenapa, padahal kalo njawab juga sudah sangat PD dan meyakinkan.
Deletekalau mbak Inna sendiri pake mengajukan proposal nggak mbak? skripsi saya tentang sintesis organik dan ingin melanjutkannya kalau ada kesempatan kuliah S2, inginnya juga di luar negeri mbak...hehehe
hehehe...sipp...^^ hmmm... saran saja si, mungkin tingkat pedenya sedikit diatur. terkadang kalau terlalu PD cenderung muluk. yainkan mereka bahwa apa yang ingin kita capai itu cukup realistis dan berguna bagi kepentingan banyak pihak. intinya jangan egois..tunjukkan sisi pengorbanan dan kepedulian kita terhadap sesama terutama bebagi dari apa yang kita peroleh di sini.
Deletegagal bukan halangan untuk meraih mimpi kq. Q dulu juga sering gagal, uda penin banget ternyata belum dikasih juga. Mungkin memang harus dipilihkan waktu yang paling tepat. Mungkin sekrang blum cukup matang kalau harus keluar dari Indo, tapi nanti kalau sudah lulus kan lebih terbuka pikirannya. Sekolah di luar negeri benar-benar harus tahan banting apalagi di bulan-bulan awal..
kalau sintesis coba tanya bu Hilda, Prof. Pardjan, Bu Ritmaleni, Pak sardjiman.. semuanya lulusan Eropa, kalau tujuanmu ingin ke Eropa..:)
segera bergerak dan bertumbuh...:)